Senin, Januari 17, 2011

(01) Selamat tinggal, Shifa..

Hari dimana seluruh jiwaku merapuh..
Hari dimana keinginan mendatang terpetik patah lunglai..
Shifa.. Menghempasku jauh ke bawah yang bahkan aku sendiri berada di keentahan..
Aku laki-laki.. Dan aku takluk pada keengganan seorang Shifa merangkai hidup bersamaku..
Aku laki-laki.. Dan aku telah merendahkan setiap titik egoku..
Sebuah permohonan agar sang bidadari sudi mengepak bersamaku..
Permohonan yang sia-sia.. Sayapku telah patah lunglai..
Tujuh samudera aku bergulung atas suatu kehampaan di saat akhir..
Selamat tinggal, Shifa..
Berpikir selama dua tahun berikut kau masih setiaku.. Aku terpuruk..

Minggu, Januari 16, 2011

Pertemuanku dengan Zhara

Tidak ada yang berubah. Pun setiap kali dia melewatiku. Semilir wangi tubuhnya, senyumnya yang terbesit saat tatapan kami bertemu. Tidak, tidak ada yang pernah berubah.


Tidak seperti dongeng-dongeng malam yang selalu menjadi penghantar tidur, aku menyadari kebenaran akan keadaan yang membelengguku. Juga dia. Aku mencintainya sejak pertama aku melihatnya.. Cinta yang gila menurut orang-orang. Cinta yang menjerumuskan aku dalam sepi yang merajuk di tiap senja aku berpisah dengannya. Aku memang gila. Cinta juga gila. Merenggut jauh ke dalam pembuluh nadiku.




Zhara..

Satu hari pada hari yang lain..
aku hanya bisa menatap wajah lembutnya tanpa pernah mempunyai keberanian untuk mengatakan keadaan yang memasung ku. Aku memujanya saat mana kehampaan menelisik malam-malamku.
Dirinya mengambil alih seluruh gemuruh di dadaku.. hingga tak tersisa.. Tak ada yang tersisa..
Helaian sibak rambutnya, siluet gerakan tubuh indahnya seolah menghentakkan aku dari batas kesadaran..
Tuhan, biarkan aku merengkuh anugerah-Mu.. Biarkan dia abadi didalam relungku.. Dia yang tak tergantikan..